Pintar dan Sukses adalah dambaan setiap manusiah yang hidup di dunia ini. Tapi apakah kesuksesan bisa kita raih dengan sekejab?? Jawabannya Tidak! Lalu apakah Kepintaran itu bisa didapatkan? Jawabannya IYA!!! Well, Mengapa saya mengkaitkan antara sukses dan kepintaran?? Karena....
Kedua komponen itu saling berhubungan. Dimana Kesuksesan diraih dengan kepintaran kita dalam mengelola hidup menjadi lebih baik. Sedangkan Kepintaran dengan kesuksesasan apabila anda pintar mengelola waktu dan tujuan masa depan anda dapat di Pastikan Semua harapan anda dapat tercapai. Dan apa bila semua itu dilakukan hanya setengah - setengah dipastikan tujuan anda lenyap di tengah jalan.
Sekarang kita simak cerita dan motivasi di bawah ini yang saya kutip dari
Dari berbagai cerita yang saya dengar, termasuk pengalaman waktu kecil dulu, tanpa disengaja guru-guru sekolah terkadang menekankan pentingnya belajar menghadapi ujian. Sayangnya cara menekankan itu dilakukan dengan cara yang keliru. Mereka sering menggambarkan betapa sulit dan mengerikannya UAN, dan ditambah dengan menakut-nakuti dengan berbagai cara. Tujuannya siiiiiih baik, agar anak mau belajar dengan bersungguh-sungguh…
Namun sayangnya yang terjadi justru adalah si Anak seperti mendapat pemrograman dalam pikiran (future pacing) yang benar-benar akan terpicu saat ujian nanti. Sehingga ketika tiba saat ujian nanti ia akan benar-benar ketakutan luar biasa.
Untuk dapat membantu Anak Anda sukses, maka Anda dapat melatih dulu untuk diri Anda. Kemudian baru diterapkan ke Anak Anda. Melatih terlebih dahulu, selain membuat Anda merasa menguasai juga akan membuat Anda lebih mudah mengajarkan karena sudah melakukannya.
Sikap terbaik dalam membimbing anak dalam menghadapi UAN adalah: bangun komunikasi dengan Anak, menggunakan bahasa yang positif, hindari menakut-nakuti dan mencela. Orang tua memiliki andil yang sangat besar pada kesuksesan anaknya menghadapi UAN ini.
Sikap yang perlu dihindarkan adalah : memarahi, menjuluki malas, bodoh, nggak nurut dan lain-lain. Berbagai julukan ini hanya akan membuatnya makin percaya bahwa “dirinya memang seperti itu”. Sayangi anak Anda, kalau perlu Anda cuti dari kantor dulu untuk membantu anak Anda mempersiapkan diri.
Menghadapi UAN bukan hanya urusan si anak dan guru-guru sekolah atau les-nya. Ini juga merupakan tanggungjawab Anda sebagai orang tua. Orang tua adalah pendidik yang sebenarnya, guru dan guru les, hanya membantu saja.
A. MEMBANGUN PERCAYA DIRI DAN MENCIPTAKAN TOMBOL PERCAYA DIRI.
1. Bangun hubungan dengan anak, katakan dengan lembut bahwa latihan ini untuk kebaikan dia.
2. Ajak anak berdo’a mohon ijin pada Yang Maha Kuasa.
3. Minta anak Anda rileks, dan duduk di tempat yang nyaman.
4. Kemudian minta dia mencari dari pengalamannya, di mana ia pernah memiliki pengalaman “amat percaya diri” yang pernah dialami sebelumnya. Misal ia pernah juara basket ball, juara karate, sukses dalam sebuah acara. Pastikan Anda bersabar di sini, bantu anak Anda mengingat-ingat dengan baik peristiwa semacam itu. Cari suatu pengalaman yang benar-benar merupakan pengalaman yang sangat amat percaya diri saat mengalaminya.
5. Apabila setelah Anda bantu mengingat-ingat dan diberikan waktu yang cukup, ternyata dia kesulitan mencari pengalaman yang pernah percaya diri itu. Maka Anda bisa memintanya mengganti dengan mencari sosok idolanya yang menurutnya sangat percaya diri. Bisa teman, bisa orang lain, bahkan bisa saja Anda sendiri sebagai orang tua. Ingat, nomer 4 dan 5 bukan Anda yang menetukan ia percaya diri atau tidak, tapi anak Anda. Jangan Anda paksakan pikiran Anda pada anak Anda mengenai rasa percaya diri.
6. Setelah ketemu, minta ia untuk “kembali ke pengalaman itu” dengan cara meniatkan mengalami kembali pengalamannya. Dan masuk kembali kedalam pengalaman itu. Minta ia melakukan seriil mungkin. Ingat kata kuncinya adalah “merasakan mengalami lagi”, bukan “membayangkan” atau “memikirkan” saat mengalami lagi. Jadi minta ia melakukan hal yang sama dengan pengalamannya dulu, apakah men-dribble bola, mendapatkan piala, dan seterusnya. Minta anak Anda melakukan masuk pengalamannya lagi sebagai “orang pertama”, artinya ia tidak melihat dirinya sendiri di pengalaman itu, tapi ia “berada” di dalam pengalaman itu.
7. Amati, jika Anak sudah terlihat mulai menampakkan tanda-tanda percaya diri, maka minta dia membuat pengalaman itu makin menguat, minta ia mengkuatkan rasa percaya diri itu 10 kali lipat dari sebelumnya, kemudian 20 kali lipat, bahkan 100 kali lipat dari sebelumnya.
• Beberapa orang menguatkan perasaan dengan cara membuat gambaran menjadi lebih terang, lebih besar, lebih dekat, lebih berwarna-warni, menjadi bergerak, dan tiga dimensi. Beberapa orang sebaliknya lebih kuat jika gambaran lebih redup, lebih kecil, lebih jauh, menjadi hitam putih, menjadi diam dan 2 dimensi. Minta anak Anda men-tweaking (mengutak atik) sampai ketemu yang paling menguatkan perasaan percaya dirinya…
• Beberapa orang menguatkan perasaan dengan cara membuat suara menjadi lebih keras, lebih dekat, lebih harmonis, menjadi stereo, dan dari segala arah. Beberapa orang sebaliknya lebih kuat jika suaranya lebih pelan (lirih), lebih jauh, menjadi acak / tak beraturan, menjadi mono dan dari salah satu arah saja. Minta anak Anda men-tweaking (mengutak atik) sampai ketemu yang paling menguatkan perasaan percaya dirinya…
• Beberapa orang menguatkan perasaan dengan cara membuat perasaan itu berputar ke arah tertentu aatau sebaliknya, menjadi lebih ke arah dalam / keluar, menjalar keseluruh tubuh atau terkonsentrasi, dan seterusnya. Minta anak Anda men-tweaking (mengutak atik) sampai ketemu yang paling menguatkan perasaan percaya dirinya…
8. Jika hasil sudah seperti diharapkan pada puncak (atau lebih baik: saat menjelang puncak), maka secara terfokus dan mantap, mintalah Anak Anda menggenggamkan telapak tangan kirinya dengan jempol berada dalam genggaman, dan menarik nafas sekuat-kuatnya sambil berniat bulat “Setiap kali saya menggenggamkan tangan kiri saya seperti ini sambil meniatkan percaya diri, maka saya LANGSUNG percaya diri. (Hindari mengucapkan “maka saya ‘AKAN”’percaya diri”).
• Catatan Untuk Anda : Tanda ini disebut anchor, dan sebenarnya boleh saja memilih tanda yang lain, yang penting unik dan tidak mudah terpicu, atau tidak sengaja terpicu. Saya menganjurkan penggunaan tangan kiri, karena supaya tangan kanan terbebas mengerjakan soal ujian.
9. Kemudian Anda katakan kalimat ini “SAMBIL terus merasakan percaya diri yang luar biasa ini, maka saya minta kamu (atau ganti dengan nama Anak Anda) untuk membayangkan di depanmu ada meja ujian di ruangan UAN nanti. Bayangkan ruangannya, mejanya, soal ujiannya, dan baju yang kamu kenakan. Pada hitungan ketiga, kamu melangkah kedepan, masuk ke dalam bayangan itu dan menjadi satu dengan bayangan dirimu itu sambil terus menggenggam kedua tanganmu dan tetap merasakan percaya diri itu.
10. Katakan “Siap-siap, 1, 2, 3! Masuk kedalam gambaran dirimu itu, dan alami seolah-olah sedang mengerjakan ujian, sambil terus merasakan percaya diri itu…” Perhatikan kondisi fisiologis anak Anda apakah Anda tanda-tanda ia mengalami seperti perasaan takut dan sebagainya, ataukah ia terlihat percaya diri?. Jika ada tanda-tanda seperti ketakutan dan sebagainya, maka secara perlahan akhiri latihan ini dulu, dengan cara minta ia melangkah mundur lagi dan membuka matanya.
• Jika ini yang dialami, artinya rasa percaya diri yang dibangun tadi kurang kuat, ulangi beberapa kali dan semuanya di-anchor ditempat yang sama. Ini disebut sebagai menumpuk-numpuk anchor (compounding anchor).
• Kemudian, tes, apakah jika ia diminta menggenggam tangan seperti itu dan fokus, apakah ia kembali merasakan percaya diri itu. Jika ya berarti bagus.
• Jika belum, maka selain belum kuat, disebabkan oleh cara “mengalami ulang” yang kurang tepat. Cara mengalami ulang harus dilakukan dengan “ia masuk kembali secara terlibat, bukan dengan cara ia membayangkan dirinya sendiri”. Anak harus dibimbing mengalami perasaan ulang yang sangat riil.
11. Setelah latihan ini berhasil, artinya si Anak sudah melakukan dua hal :
Membuat tombol pemicu percaya diri, yang sewaktu-waktu bisa dipicu saat membutuhkan. Misal anak dalam ujian merasa tidak percaya diri, maka ia tinggal menggenggamkan tangan kirinya sambil menarik nafas dan fokus.
• Membuat latihan mental “mengerjakan soal ujian dengan rasa percaya diri”.
12. Catatan :
• Upayakan anak menggunakan pakaian yang rencananya sama dengan dipakai waktu ujian nanti.
• Sepanjang latihan ini, hindari menyentuh Anak Anda, agar tidak menimbulkan asosiasi neurologis yang tidak perlu, sehingga tidak sengaja tercipta anchor yang tidak perlu.
Latihan di atas adalah yang pertama kali dilakukan, lakukan secara sungguh-sungguh, namun tetap rileks, dan menyenangkan. Hindari memarahi anak Anda jika belum berhasil, konsultasikan dengan Praktisi NLP di sekitar Anda.
B. MEMBANGUN PIKIRAN JERNIH DAN MUDAH MENGINGAT
1. Lakukan persis seperti latihan di atas, namun dengan cara meminta si anak :
• Mencari dan memasuki pengalamannya ketika ia merasa paling punya pikiran jernih dan merasa paling mudah dalam mengingat-ingat.
• Jika kesulitan dapat dipisahkan dalam dua tahap : pengalaman Pikiran Jernih, dan pengalaman Mudah Mengingat.
2. Buat anchor-nya secara berbeda dengan anchor percaya diri di atas. Misalkan dengan menyentuh kening secara tertentu.
3. Saat melakukan masing-masing teknik harus memiliki jeda, agar masuk ke kondisi normal dulu, baru berlatih lagi.
Setelah kedua hal itu dilakukan, maka kita perlu melatih yang namanya Instant Break State, yang perlu dimiliki anak ketika ia sedang merasa stuck, bingung, atau kesulitan di tengah ujian. Idenya adalah, saat anak mengalami perasaan berdaya tersebut, ia harus secepatnya mampu membebaskan diri sehingga kembali ke perasaan netral secara instant.
C. INSTANT BREAK STATE
Prinsip terpenting dari IBS ini adalah melakukan interupsi atas kondisi saat itu yang tidak memberdayakan diri. Caranya ada bermacam-macam, sepanjang Anak kelua dari kondisi tidak berdaya. Misal :
• Segera ubah posisi duduk dari situasi saat itu.
• Mencubit lengan sendiri.
• Meluruskan punggung sambil meregangkan tulang belakang (molet)
• Menggoyang-goyangkan kepala
• Menghisap nafas dari mulut, sehingga bunyi ssssshhh, dan menghembuskannya keluar kuat-kuat, sambil membayangkan kepenatan dan lebingungan ikut keluar.
• Menggosok-gosokkan kedua telapak tangan secara cepat dan ditekan, sehingga rasanya menghangat.
• Mengejap-ngejapkan mata beberapa kali.
• Menyanyikan lagu dalam hati sambil menggoyang-goyangkan kepala, anjuran adalah lagu berjudul “Aku bisa!” dari AFI Junior. Cari kasetnya, atau download secara legal di internet.
Break state di atas boleh dilakukan satu saja, boleh pula digabung-gabung, ataupun dilakukan berurutan. Pokoknya bebas… Yang penting terinterupsi dan dilakukan tiba-tiba. Setelah break state dilakukan, segera lakukan anchor ke dua : pikiran jernih.
Dalam melakukan IBS ini hati-hati jangan sampai dicurigai oleh guru sebagi tindakan yang mencurigakan. Lakukan secara smart, dan latih juga.
D. TIME LINE
1. Mulai dengan do’a.
2. Buatlah suatu garis di lantai dengan menggunakan tali rafia, atau potongan kertas panjang, kira-kira 4 meter atau lebih. Pastikan melekat sehingga kalu diinjak tidak terkelupas.
3. Minta Anak berdiri di salah satu ujung garis, menghdap ke ujung yang yang lain. Minta anak membayangkan bahwa ujung garis di mana ia berdiri sebagai saat ini, dan ujung garis lainnya adalah saat ujian.
4. Minta ia membayangkan dirinya sedang mengerjakan proses ujian DENGAN SUKSES di ujung garis tujuan. Buat gambarannya se-riil mungkin di pikiran.
5. Kemudian, minta Anak membayangkan garis panjangnya dibagi jumlah hari yang tersisa sebelum ujian. Misalkan kurang 5 hari, jadi bayangkan garis itu diberian 5 titik / tanda. Setiap tanda mewakili satu hari.
SAAT INI ___,___,___,___,___,___ SUKSES UJIAN
6. Masih berdiri di ujung SAAT INI, si Anak diminta membayangkan ia melakukan belajar dengan lancar dan paham di setiap tanda tersebut (per hari). Bayangkan dengan se-riil mungkin : belajar dengan mudah, mengerti, paham, ingat dan sukses berlatih soal.
7. Setelah gambaran / bayangan di kepala Anak menjadi jelas, minta ia melangkah (boleh tutup mata / buka mata) menyusuri garis itu. Anda boleh menuntunnya jika ia keluar jalur.
8. Minta ia berhenti di setiap titik dan menyelami perasaan belajar itu, SAMBIL ia memicu tombol anchor 1 dan 2 secara bersamaan. Sehingga Anak akan merasakan belajar sambil percaya diri, dan merasa pikiran jernih serta daya ingat kuat.
9. Teruskan ia melangkah setelah cukup di satu tanda, dan berhent lagi di setiap tanda dengan cara yang sama. Lakukan terus hingga ia sampai di ujung SUKSES UJIAN.
10. Selama perasaan SUKSES UJIAN, sambil memicu kedua Anchor itu lagi secara bersamaan. Anda secara lembut boleh mengecek disetiap titik dan ujung SUKSES UJIAN ini dengan pertanyaan “Apa yang kamu rasakan?”. Jika perasaannya kurang positif, bimbing ia masuk ke kondisi Percaya Diri, Pikiran Jernih, dan Daya Ingat Bagus.
11. Setelah merasa cukup di ujung UJIAN SUKSES, minta anak memanjatkan perasaan syukur pada Yang Maha Pencipta dan Yang Maha Tahu.
12. Kemudian minta ia melangkah lagi selangkah keluar dari garis ujung UJIAN SUKSES itu, katakan “Kamu sekarang melangkah satu langkah yang berarti sudah keluar dari ruang ujian, dan rasakan perasaan sudah menyelesaikan dengan baik dan benar!”
13. Kemudian, minta ia membayangkan sudah dan merasakan PERASAAN SUDAH MENYELESAIKAN DENGAN BAIK. Minta ia menengok kebelakang, seperti menengok sesuatu yang TADI SUDAH TERJADI.
Demikianlah, 4 langkah yang amat mudah dan sederhana, namun AMAT POWERFULL. Pelajari dan terapkan pada Anda dulu, kemudian setelah mantap dan mengerti hasilnya, Anda segera terapkan pada Anak Anda.
PETUNJUK TAMBAHAN
Saat ujian, apabila Anak merasa stuck dan perasaan negatif minta ia segera melakukan IBS. Kemungkinan sih kecil anak mengalami stuck, apabila Anda bersama Anak sudah melakukan ke-empat hal tersebut di atas. Kemudian minta ia segera memicu tombol Anchor 1, diikuti tombol Anchor 2. Tombol Anchor boleh dipencet kapanpun ia memerlukan percaya diri ataupun pikiran jernih dan daya ingat tinggi.
Nah, selama anak UAN, apa yang bisa Anda lakukan? Berdo’alah pada Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Tahu. Kemudian bangun emosi dan perasaan positif pada diri Anda sendiri dan meniatkan berbagi energi positif kepada anak Anda.
Semoga bermanfaat....
thx to : kaskusnews.us
No comments:
Post a Comment