Wednesday, June 23, 2010
Teknologi di Balik Penyiaran Piala Dunia 2010
Demam piala dunia memang menerpa sebagian besar penduduk planet ini. Walaupun dipisahkan oleh samudra dan jarak 8500-an km, para penikmat bola di Indonesia pun bisa bersorak girang saat tim kesayangannya mampu menjebol gawang lawan, seiring dengan sorakan penonton yang menonton secara langsung di dalam stadion di Afrika Selatan.
Tentunya, hal itu tak lepas dari kecanggihan teknologi, yang luput dari mata kebanyakan orang. Padahal, piala dunia pertama di benua Afrika ini merupakan piala dunia yang dengan teknologi tercanggih yang pernah ada.
Menurut The Soccer Room, piala dunia kali ini melibatkan setidaknya 600 ton peralatan teknologi yang didatangkan dari berbagai negara, karena tidak ada satu negara pun yang mampu menyediakan semuanya sendirian.
Seperti yang telah diketahui, 25 pertandingan dari seluruh 64 pertandingan disiarkan dengan teknologi 3D (tiga dimensi). Setiap kamera yang digunakan di piala dunia juga dibekali oleh sebuah software yang mampu merekam setiap pertandingan dengan kecepatan frame yang lebih tinggi, sehingga kualitas siaran itu tetap terjaga walaupun dinikmati lewat ponsel.
Panitia piala dunia musti membelanjakan uang nyaris mencapai sekitar Rp 1 triliun untuk menyediakan fasilitas teknologi yang memungkinkan seluruh dunia bisa menikmati siaran setiap laga di waktu yang bersamaan.
Seluruh gambar pertandingan dari 10 stadion, akan disalurkan ke pusat penyiaran di Nasrec, yang terletak di bagian selatan ibukota Afrika Selatan, Johannesberg, sebelum akhirnya disiarkan ke 204 negara di seluruh dunia.
Tanpa adanya pusat penyiaran ini, menurut Sekjen FIFA Jerome Valcke, tidak akan ada piala dunia. “Dari sinilah seluruh dunia bisa menonton piala dunia di Afrika Selatan,” kata dia.
Di pusat penyiaran seluas 3 hektar itu, sekitar 2500 orang bekerja, termasuk personil dari FIFA maupun para penyiar dari seluruh penjuru dunia.
Di setiap stadion sendiri, dilengkapi dengan lebih dari 32 kamera, termasuk kamera dari helikopter. Sinyal gambar tiap kamera akan dikirim ke carrier room yang ada di tiap stadion.
Setiap gambar video kemudian akan dikonversikan ke dalam sinyal digital yang kemudian disalurkan melalui kabel fiber optik berkapasitas 20 Gbps. Kapasitas saluran sebesar ini mampu mengunduh satu film bioskop kurang dari dua detik, atau bahkan menyalurkan 312.500 pembicaraan telepon dalam satu waktu.
Kabel optik itupun dilengkapi dengan sistem pendeteksi temperatur dan tekanan, yang mampu mengindikasikan bila kerusakan terjadi. Andaikan kerusakan pada kabel optik terjadi, sinyal akan segera dikirimkan melalui satelit.
"Dunia musti tahu bahwa Piala Dunia di Afrika didukung oleh teknologi dan infrastruktur terbaik yang pernah ada,” kata CEO komite panitia lokal, Danny Jordaan.
source:vivanews
Labels:
News
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment